Sistemkami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS metode mengajar. Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS (Teka Teki Silang) populer yang biasa muncul di koran Kompas, Jawa Pos, koran Tempo, dll. Kami memiliki database lebih dari 122 ribu. Masukkan juga jumlah kata dan atau huruf yang sudah diketahui untuk mendapatkan hasil yang lebih
IlmuTentang Metode Mengajar Pelajar Dewasa - Jawaban TTS - Kunci TTS Jawaban TTS Sistem kami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS ilmu tentang metode mengajar pelajar dewasa . Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS (Teka Teki Silang) populer yang biasa muncul di koran Kompas, Jawa Pos, koran Tempo, dll.
SistemPengajaran satu murid dan satu guru merupakan Keinginan setiap pelajar agar lebih mudah memahami materi secara langsung dengan pengajar. Pusat Belajar Bahasa Inggris dengan menggunakan metode pengajaran satu murid dan satu guru berada di Jalan Bilal No 82 Medan dan Memiliki cabang di Binjai jalan T amir hamzah dek, nomor nya gak tau, t amir hamzah simpang kebun lada, depan asrama 212.
Pedagogyof adult education atau ilmu mengajar orang dewasa. Tentunya istilah tersebut tidak benar. Lalu di kemudian hari lahirlah istilah Andragogi, yang berasal dari Bahasa Latin andro yang berarti orang dewasa (adult) dan agogos yang berarti memimpin atau membimbing. Jadi Andragogi adalah ilmu bagaimana memimpin atau membimbing orang dewasa atau ilmu mengajar orang dewasa.
Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd Hỗ Trợ Nợ Xấu. Sebuah pergumulan yang sering dihadapi oleh para pendidik Kristen di gereja dalam beberapa dekade ini adalah kecilnya peran aktif dari warga jemaat dewasa untuk ikut terlibat dalam program pembinaan orang dewasa. Berdasarkan hasil penelitian Michael Harton, hal itu terjadi karena orang dewasa itu sendiri merasa tidak menemukan kebutuhan mereka dalam pembinaan tersebut. Kurikulum yang diajarkan dalam pembinaan orang dewasa dianggap tidak lebih dari sebuah hasil dugaan atau orientasi dari kebutuhan para pendidik semata. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free KONSEP DAN METODE PEMBELAJARAN UNTUK ORANG DEWASAJunihot SimanjuntakEmail junihots pergumulan yang sering dihadapi oleh para pendidik Kristen di gerejadalam beberapa dekade ini adalah kecilnya peran aktif dari warga jemaat dewasa untukikut terlibat dalam program pembinaan orang dewasa. Berdasarkan hasil penelitianMichael Harton, hal itu terjadi karena orang dewasa itu sendiri merasa tidak menemukankebutuhan mereka dalam pembinaan tersebut. Kurikulum yang diajarkan dalampembinaan orang dewasa dianggap tidak lebih dari sebuah hasil dugaan atau orientasidari kebutuhan para pendidik semata. McKenzie menyebut hal ini denganistilah „penyimpangan“., McKenzie, 1982139, karena dianggap bahwa kebutuhandari pendidik itu sendiri telah merenggutkebutuhan siswanya sendiri. Bahkanmenurut Robert Browning sebagaimanadikutip Ferris Jordan dalam artikelnya yangberjudul “Adult Life Structure”, kebanyakanorang memberi tendensi kepada orangmuda sebagai hidup yang penuhkegembiraan dan dinamis, danmenganggap orang dewasa sebagai orangyang bodoh, hidupnya statis dan tidakmemiliki banyak hal yang menyenangkan.Jordan, 198633.Kematangan psikologi orang dewasasebagai pribadi yang mampu mengarahkandiri sendiri ini mendorong timbulnyakebutuhan psikologi yang sangat dalamyaitu keinginan dipandang dan diperlakukanorang lain sebagai pribadi yangmengarahkan dirinya sendiri, bukandiarahkan, dipaksa dan dimanipulasi olehorang lain. Dengan begitu apabila orangdewasa menghadapi situasi yang tidakmemungkinkan dirinya menjadi dirinyasendiri maka dia akan merasa dirinyatertekan dan merasa tidak senang. Karenaorang dewasa bukan anak kecil, makapendidikan bagi orang dewasa tidak dapatdisamakan dengan pendidikan anaksekolah. Perlu dipahami apa pendorongbagi orang dewasa belajar, apa hambatanyang dialaminya, apa yang diharapkannya,bagaimana ia dapat belajar paling baik dansebagainya Lunandi, 1984. PendidikanJurnal Kharis Edisi IX, Januari 2012-Juni 1 atau usaha pembelajaran orang dewasamemerlukan pendekatan khusus dan harusmemiliki pegangan yang kuat akan konsepteori yang didasarkan pada asumsi ataupemahaman orang dewasa sebagai satu masalah dalampengertian andragogi adalahpandangannya yang mengemukakanbahwa tujuan pendidikan itu bersifatmentransmisikan pengetahuan. Tetapi dilain pihak perubahan yang terjadi sepertiinovasi dalam teknologi, mobilisasipenduduk, perubahan sistem ekonomi,dan sejenisnya begitu cepat terjadi. Dalamkondisi seperti ini, maka pengetahuan yangdiperoleh seseorang ketika ia berumur 21tahun akan menjadi usang ketika iaberumur40 tahun. Apabila demikian halnya, makapendidikan sebagai suatu proses transmisipengetahuan sudah tidak sesuai dengankebutuhan modern Arif, 1994. Oleh karenaitu, tujuan dari makalah ini adalah untukmengkaji berbagai aspek yang mungkindilakukan dalam upaya membelajarkanorang dewasa andragogi sebagai salahsatu alternatif pemecahan kependidikan,sebab pendidikan sekarang ini tidak lagidirumuskan hanya sekedar sebagai upayauntuk mentransmisikan pengetahuan, tetapidirumuskan sebagai suatu prosespendidikan sepanjang hayat long lifeeducation.Untuk mencapai tujuan tersebut,maka pertanyaan-pertanyaan berikut inidipakai untuk mendapatkan konsep danmetode pembelajaran untuk orang dewasa,yaitu“Apa yang dimaksud dengan andragogy?”,“Bagaimana gambaran kebutuhan orangdewasa menurut para ahli?”, “Bagaimanagambaran prinsip pendidikan orangdewasa?”, “Faktor-faktor apa sajakah yangmerupakan penghambat orang dewasadalam Belajar?”, dan “Bagaimanakahmetode pendidikan untuk orang dewasa?”Pengertian AndragogiAndragogi berasal dari bahasaYunani aner artinya orang dewasa, danagogus artinya memimpin. Istilah lain yangkerap kali dipakai sebagai perbandinganadalah pedagogi yang ditarik dari kata paidartinya anak dan agogus artinya secara harfiah pedagogi berarti senidan pengetahuan mengajar anak. Karenaitu, pedagogi berarti seni atau pengetahuanmengajar anak maka apabila memakaiistilah pedagogi untuk orang dewasa jelaskurang tepat, karena mengandung maknayang bertentangan. Sementara itu, menurutKartini Kartono, 1997, bahwa pedagogilebih baik disebut sebagai androgogi,yaitu ilmu menuntun/mendidik manusia;aner, andros = manusia; agoo= menuntun,mendidik adalah ilmu membentuk manusia;yaitu membentuk kepribadian seutuhnya,agar ia mampu mandiri di tengahlingkungan banyak praktek, mengajarorang dewasa dilakukan sama sajadengan mengajar anak. Prinsip-prinsip danasumsi yang berlaku bagi pendidikan anakdianggap dapat diberlakukan bagi kegiatanpendidikan orang dewasa. Hampir semuayang diketahui mengenai belajar ditarik daripenelitian belajar yang terkait dengan juga mengenai mengajar, ditarik daripengalaman mengajar anak-anak misalnyadalam kondisi wajib hadir dan semua teorimengenai transaksi guru dan siswadidasarkan pada suatu definisi pendidikansebagai proses pemindahan orang dewasa sebagai pribadi yangsudah matang mempunyai kebutuhan dalamhal menetapkan daerah belajar di sekitarproblem hidupnya. Kalau ditarik daripengertian pedagogi, maka andragogi2 Jurnal Kharis Edisi IX, Januari 2012-Juni secara harfiah dapat diartikan sebagai senidan pengetahuan mengajar orang karena orang dewasa sebagaiindividu yang dapat mengarahkan dirisendiri, maka dalam andragogi yang lebihpenting adalah kegiatan belajar dari siswabukan kegiatan mengajar guru. Olehkarena itu, dalam memberikan definisiandragogi lebih cenderung diartikansebagai seni dan pengetahuanmembelajarkan orang Belajar Orang DewasaAda dua alasan mengapa pentingkita harus memahami kebutuhan-kebutuhan orang dewasa itu sendiri, yaitualasan ideal dan alasan praktis. Sasaranyang hendak dicapai dalam pembahasanini adalah agar kita sebagai pendidik orangdewasa terhindar dari pemborosan sumberdaya yang berharga seperi waktu, uang,dan bahan-bahan yang diberikan dalamprogram ini. Kita menghendaki supayaorang dewasa bersedia mendengarkanapa yang diprogramkan oleh bidangpendidikan, apa yang sudah kita siapkanuntuk mereka. Kita menghendaki supayamereka untuk hadir! Semua kebutuhanutama mereka secara detail harus kitapelajari terlebih dahulu, supaya aktivitaspendidikan yang kita programkan bertemudengan kebutuhan melihat lebih jelas kebutuhanorang dewasa itu, berikut ini akandipaparkan empat macam teori kebutuhanorang dewasa, yaitu Pertama, teoripiramida kebutuhan Abraham Maslow.Lunandi, 19844Dalam Piramida Kebutuhan yangdikemukakan oleh Dr. Abraham Maslow,ada lima tingkatan kebutuhan utamamanusia, diantaranya fisik, keamanan,pengakuan, harga diri, dan tingkatan palingatas adalah perwujudan diri. Bertitik tolakdari pemikiran Piramida Kebutuhan Maslowtersebut, dapatlah kita pahami, bahwakebutuhan manusia paling dasar harusterpenuhi dahulu, sebelum ia mampumerasakan kebutuhan yang lebih kebutuhan paling dasar,yakni kebutuhan fisik berupa sandang,pangan dan papan belum terpenuhi, makasukar orangdiajak merasakan kebutuhan harga dapat dipahami bahwapendidikan bagi orang dewasa yangmenyangkut masalah harga diri tidak akanberarti dalam proses belajarnya, apabilasesuap nasi untuk mempertahankanhidupnya saja belum terpenuhi. Sebaliknyapendidikan bagi orang dewasa yangmembahas masalah bagaimanamemperoleh sesuap nasi tidak akandiperhatikan, apabila orang dewasa itu telahterpenuhi isi perutnya, pakainnya danrumah yang mengamankan segala miliknyaserta dirinya, bahkan jika ia telah mencapaitingkat pengakuan sebagai anggotamasyarakat yang berguna. Yang sangatpenting untuk diperhatikan oleh pendidikorang dewasa adalah apa yang dipelajari“pelajar”, bukan apa diajarkan “pengajar”.Kedua, teori struktur Daniel Jordan, Sebuah konsepesensial di dalam teori Daniel J. Levinsonsebagaimana dipaparkan Ferris Jordandalam artikelnya adalah pentingnyamemahami „struktur hidup individu.“Struktur hidup adalah pola atauperancangan hidup seseorang di setiapwaktu. Komponen- komponen yang utamatentang struktur hidup dihubungkan dengananeka pilihan kebutuhan-kebutuhanseseorang. Menurut Levinson, anekapilihan yang penting di dalam hiduporang dewasa bertalian dengan pekerjaan;keluarga, persahabatan dan berbagaimacam hubungan-hubungan kasih, sepertisuasana tempat ia tinggal, kesenangan,keterlibatan dalam hal- hal rohani, politik,dan komunitas hidup, sasaran jangkapanjang dan jangka pendek. Komponen-komponen yang paling sentral di dalamstruktur hidup seseorang adalah posisi,penikahan-keluarga, persahabatan danhubungan-hubungan dengan teman sebaya,etnisitas dan agama, dan teori James J. Deboy Jr.Sidjabat, 200856-57. Berdasarkankelompok usia dan kondisi keadaan ataustatus, Deboy kemungkinan kebutuhan-kebutuhan orang dewasa seperti berikuta Rejama tahap akhir atau pemuda 18-22tahun yang tengah mencari maknaJurnal Kharis Edisi IX, Januari 2012-Juni 3 hidupnya dan menantang orang dewasamengenai apa yang dipercayainya dan mengapademikian. Artinya, mereka sangat kritisnamun pembina mereka patut memberikanpelayanan yang tepat. b Mereka yangtidak menikah singles, yang tengahmenentukan pilihan terkait dengan karir,minat dan relasi- relasi bermakna. Merekabutuh pembinaan khusus. Mereka yangberstatus janda dan sekaligus menjadiorangtua single parents jugamembutuhkan pembinaan. c Pasanganmuda new married yang tengah menikmatimasa bulan madu. Pembinaan merekadiharapkan dapat memperlancarpenyesuaian diri di dalam membangunkeluarga. d Orangtua dari anak remaja,yang menghadapi tantangan anak-anakmereka yang mencari identitas diri. eMereka yang tengah bergumul dengankrisis pada usia paruh baya, yangmenyadari keterbatasan hidupnya dansekaligus memahami bahwa harapan-harapan masa lalu tidak mungkin lagidiwujudkannya. f Pasangan usia dewasa,yang anak-anaknya sudah bertumbuhdewasa dan membenahi hidup merekasendiri. g Para Janda dan duda yangmenghadapi perasaan kesepian, danmenyesuaikan diri dengan meninggalnyapasangan mereka. h Orang-orang yangsudah pensiun, yang membutuhkan cara-cara kreatif mengekspresikan diri setelahmeninggalkan pekerjaan. i Mereka yangsudah berusia lanjut, yang dilandaperasaan terabaikan dan diterpa perasaancemas menanti tibanya kematian, atautengah berada di panti jompo. j Merekayang hidup berpisah dari pasangannya ataubercerai, melalui masa-masa pahit danterluka dan biasanya membawa sikap-sikapnegatif juga prasangka buruk dari oranglain, ketika harus membenahi hidupnya. kMereka yang menjadi anggota masyarakatminoritas. Diberbagai daerah di tanah airkita, warga jemaat sering diperlakukansebagai golongan minoritas oleh kelompokmayoritas. Mereka membutuhkanperlengkapan bagaimana menunaikanpanggilan hidup secara kreatif.l Mereka yang berasal dari golonganekonomi lemah. Para petani di pedesaansering merasa minder atau inferior karenamembandingkan hidup mereka dengan4 Jurnal Kharis Edisi IX, Januari 2012-Juni masyarakat yang berhasil secara ekonomisdiperkotaan. Sementara itu diperkotaan punbegitu banyak warga jemaat yang keadaanekonominya lemah. Pembinaan terkaitdengan spritualitas Kristen berhubungandengan kehidupan ekonomi patut mendapatperhatian gereja juga. n Mereka yangmembawa kecacatan jasmani – buta,tuli, atau yang cacat secara mental danmembutuhkan Pendidikan Orang DewasaPertumbuan orang dewasa dimulaipertengahan masa remaja adolescencesampai dewasa, dimana setiap individutidak hanya memiliki kecenderungantumbuh ke arah menggerakkan diri sendiritetapi secara aktual dia menginginkanorang lain memandang dirinya sebagaipribadi yang mandiri yang memiliki identitasdiri. Dengan begitu orang dewasa tidakmenginginkan orang memandangnyaapalagi memperlakukan dirinya sepertianak-anak. Dia mengharapkan pengakuanorang lain akan otonomi dirinya, dandijamin ketentramannya untuk menjagaidentitas dirinya dengan penolakan danketidaksenangan akan setiap usahaorang lain untuk menekan, memaksa, danmanipulasi tingkah laku yang ditujukanterhadap dirinya. Tidak seperti anak-anakyang beberapa tingkatan masih menjadiobjek pengawasan, pengendalian orang lainyaitu pengawasan dan pengendalian orangdewasa yang berada di sekeliling, kegiatan pendidikan ataubelajar, orang dewasa bukan lagi menjadiobyek sosialisasi yang seolah-olah dibentukdan dipengaruhi untuk menyesuaikandirinya dengan keinginan memegangotoritas di atas dirinya sendiri, akan tetapitujuan kegiatan belajar atau pendidikanorang dewasa tentunya lebih mengarahkepada pencapaian pemantapan identitasdirinya sendiri untuk menjadi dirinya sendiri;atau, kalau meminjam istilah Rogers dalamKnowles 1979, kegiatan belajar bertujuanmengantarkan individu untuk menjadipribadi atau menemukan jati dirinya. Dalamhal belajar atau pendidikan merupakanprocess of becoming a person. Bukanproses pembentukan atau process of beingshaped yaitu proses pengendalian danmanipulasi untuk sesuai dengan orang lain;atau, kalau meminjam istilah Maslow1966, belajar merupakan proses untukmencapai aktualiasi diri self-actualization.Uraian di atas sesuai dengankonsepsi Rogers dalam Knowles 1979mengenai belajar lebih bersifat clientcentered. Dalam pendekatan ini Rogermendasarkan pada beberapa hipotesaberikut1 Setiap individu hidup dalam duniapengalaman yang selalu berubah dimanadirinya sendiri adalah sebagai pusat,dan semua orang mereaksi seperti diamengalami dan mengartikan pengalamanitu. Ini berarti bahwa dia menekankanbahwa makna yang datang dari maknayang dimiliki. Dengan begitu, belajar adalahbelajar sendiri dan yang tahu seberapa jauhdia telah menguasai sesuatu yang dipelajariadalah dirinya sendiri. Dengan hipotesasemacam ini maka dalam kegiatan belajar,keterlibatan siswa secara aktif mempunyaikedudukan sangat penting dan mendalam.2 Seseorang belajar dengan penuhmakna hanya apabila sesuatu yang diapelajari bermanfaat dalam pengembanganstruktur dirinya. Hipotesa ini menekankanpentingnya program belajar yang relevandengan kebutuhan siswa, yaitu belajar yangbermanfaat bagi dirinya. Dan tentunya iaakan mempersoalkan kebiasaan belajardengan mata pelajaran yang dipaksakanatas dirinya, sehingga seolah-olah dirinyatidak berarti.3 Struktur dan organisasi dirikelihatan menjadi kaku dalam situasiterancam, dan akan mengendorkanapabila bebas dari ancaman. Ini berartipengalaman yang dianggap tidak sesuaidengan dirinya hanya dapat diasimilasikanapabila organisasi diri itu dikendorkan dandiperluas untuk memasukkan pengalamanitu. Hipotesa ini menunjukkan realitasbahwa belajar kerap kali menimbulkan rasatidak aman bagi siswa siswa merasatertekan. Untuk itu, dianjurkan pentingnyapemberianJurnal Kharis Edisi IX, Januari 2012-Juni 5 iklim yang aman, penerimaan, dan salingbantu dengan kepercayaan dan tanggungjawab siswa.4 Perbedaan persepsi setiap siswadiberikan perlindungan. Ini berarti disamping perlunya memberikan iklim belajaryang aman bagi siswa juga perlupengembangan otonomi individu dari setiapsiswa. Hipotesa diatas memperkuatperkembangan dan terbentuknya teorimengenai teori belajar orang dewasa, danlebih jauh mempengaruhi perkembanganteknologi membelajarkan orang telah disebutkan di atas bahwadalam diri orang dewasa sebagai siswayang sudah tumbuh kematangan konsepdirinya timbul kebutuhan psikologi yangmendalam yaitu keinginan dipandang dandiperlakukan orang lain sebagai pribadiutuh yang mengarahkan dirinya tidak hanya orang dewasa tetapijuga pemuda atau remaja juga memilikikebutuhan semacam itu. Sesuai teoriPeaget 1959 mengenai perkembanganpsikologi dari kurang lebih 12 tahun keatas individu sudah dapat berfikir dalambentuk dewasa yaitu dalam istilah diasudah mencapai perkembangan pikir formaloperation. Dalam tingkatan perkembanganini individu sudah dapat memecahkansegala persoalan secara logik, berfikirsecara ilmiah, dapat memecahkanmasalah- masalah verbal yang kompleksatau secara singkat sudah tercapaikematangan struktur kognitifnya. Dalamperiode ini individu mulai mengembangkanpengertian akan diri self atau identitasidentitiy yang dapat dikonsepsikanterpisah dari dunia luar di dengan anak-anak, di sini remajaadolescence tidak hanya dapat mengertikeadaan benda-benda di dekatnya tetapijuga kemungkinan keadaan benda- bendaitu di duga. Dalam masalah nilai- nilairemaja mulai mempertanyakan danmembanding-bandingkan. Nilai-nilai yangdiharapkan selalu dibandingkan dengannilai yang aktual. Secara singkat dapatdikatakan remaja adalah tingkatankehidupan dimana proses semacam ituterjadi, dan ini berjalan terus sampaimencapai kematangan. Dengan begitujelaslah kiranya bahwa pemuda tidakhanya orang dewasa memiliki kemampuanmemikirkan dirinya sendiri, dan menyadaribahwa terdapat keadaan yangbertentangan antara nilai-nilai yang dianutdan tingkah laku orang lain. Oleh karena itu,dapat dikatakan sejak pertengaham masaremaja individu mengembangkan apa yangdikatakan„pengertian diri“ sense of identity.Faktor-faktor Penghambat OrangDewasa dalam Belajar. Sidjabat,200868-70Proses belajar manusia berlangsungterus hingga hembusan nafasnya yangterakhir. Pada dasarnya manusia belajardari pengalamannya yang diperolehnyasecara terus-menerus. Namun tidak dapatdipungkiri bahwa didapati adanya sejumlahkeluhan yang didapati di dalam diri manusiaitu. Keluhan tersebut juga sekaligus menjadihambatan yang harus diperhatikan olehpara pendidik Kristen dalam menyusunpembinaan orang dewasa secara dapat dijadikan sebagai bahanpertimbangan, mendiskusikannya empat faktor-faktor penghambat orang dewasa sepertidijelaskan berikut Pertama, hambatanfisiologis. Menurut Verner & Davidsonada enam faktor yang secara fisiologikdapat menghambat keikutsertaan orangdewasa dalam suatu program pendidikan,yaitu 1 Bertambah jauhnya titik-dekatpenglihatan, 2 Berkurangnya titik-jauhpenglihatan, 3 membutuhkan peneranganyang berdaya besar, 4 persepsi kontraswarna cenderung kearah merah daripadaspektrum, 5 Kemampuan menerima suaramakin berkurang, 6 Kemampuan untukmembedakan bunyi makin lima jenis hambatan fisiologisyang dialami oleh orang dewasa, seiringdengan bertambahnya usia, yaitu aPanca indera. Untuk mereka yang berusiadi atas empat puluh tahun, hambatan dalamindera penglihatan, dan pendengaransering terjadi. Hal ini disebabkan olehadanya penurunan daya-daya fisiologismanusia sejak di usia 35 tahun. bGanguan pernafasan seperti disebabkanbronkitis kronis, yang tentu saja dapatmengganggu konsentrasi belajar6 Jurnal Kharis Edisi IX, Januari 2012-Juni peserta yang lain. c Ganguan pencernaan,dapat membuat proses berpikir mengalamimasalah. d Gangguan kesehatan lainnya,termasuk penyakit diabetes yang membuatorang sering harus ke toilet ketika acarapembinaan tengah ruang belajar perludipikirkan baik agar peserta didik dapatlebih konsentrasi dalam mengikuti kegiatanbelajarnya. Kalau mengadakan retreatataupun camping beberapa hari misalnya,masalah gizi dan jadwal acara pun harusdipertimbangkan agar tidak terlalu hambatan segi psikologis orang dewasa dalambelajar juga perlu mendapat perhatian. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah aLemahnya motivasi. Ada dua jenis motivasi yang datang dari luareksternal seperti pujian orang, suasanabelajar yang menyenangkan, kawan-kawan yang mendukung dan menerima;atau adanya sanksi atau hukuman yangmenantang kalau tidak mengikuti kegiatandengan baik. Kedua, motivasi yang tumbuhdari dalam diri seperti seperti rasa ingintahu, perasaan puas dan bahagia. bKetidakstabilan emosi, sulit menguasai dirisendiri, khususnya dalam relasi denganorang lain di dalam atau di luar jarang ditemukan peserta pembinaanyang mudah tersinggung ketikapandangannya kurang berkenan bagirekan-rekannya.c Pengalaman masa lalu kekecewaaanatau frustrasi; pengalaman buruk dalamsegi belajar di sekolah atau di luar menjadi enggan berusaha untukmemahami hal-hal baru karena merasatidak berdaya atau kurang kompeten. dMekanisme pertahanan diri, yakni strategiyang dilakukan individu dalam menghadapimasalah seperti konflik – rasionalisasi,represi, penyangkalan diri, subtitusi, agresif,bersikap pasif, dll. Bila berhadapan denganmasalah orang dewasa akan menunjukkansatu atau lebih mekanisme pertahanan diridi dalam mengatasi diri danmenghadapinya.e Cara berpikir atau cara belajar tipelamban atau cepat; tipe teliti atau tergesa-gesa; tipe analisis atau sintesis; ada pulatipe perasa dan pemikir. Perbedaan iniharus dipahami oleh pembina orangdewasa, supaya kegiatan pembelajarandapat berjalan dengan baik. Kelebihanseorang peserta pembinaan dapatmelengkapi peserta hambatan sosiologis. Adalima hambatan psikologis orang dewasadalam belajar, yaitu a kebimbanganperan. Hal ini terutama dialami oleh pesertadidik dewasa awal yang belum tuntaspencarian jati dirinya. Mereka inginmencoba peran ini atau itu dan sebab itumenyibukkan diri dalam upaya itu. Haldemikian dapat mengurangi tingkatkonsentrasi. b suasana tidak akrab atautidak bersahabat. Suasana diantaraanggota kelompok yang kurang akrab ataukurang bersahabat dapat mengganggukegiatan belajar. Dalam situasi semacam ituperasaan sebagai “orang asing” terisolasibertumbuh, menyebabkan rasa tidak amandan tidak nyaman. Karena itu hambatan iniharus diatasi dengan baik dan untuk mengakrabkan para pesertadidik diperlukan sekali, seperti melaluipermainan. c beratnya tanggungjawabpemeliharaan atau rasa jenuh stagnasi.Hal ini umumnya dialami oleh mereka padatingkat usia dewasa paruh baya. Kegiatanbelajar mengajar bersama orang dewasaharus sedemikian rupa menyenangkan, dantidak dipenuhi dengan tugas-tugas yangberat. Apa yang dipelajari harus dirasakanbermanfaat di masa kini. d Kecewa atasmasa lalu. Perasaan kecewa atasperjalanan hidup di masa lalu dapatterbawa dalam kegiatan belajar yang diikutiorang dewasa. Mereka dapatmengungkapkan sikap pesismis atas apayang sedang dipelajari. Muncul perasaanbahwa kegiatan yang ditempuhnya tidakmembawa hambatan spiritual yangdihadapi dalam membelajarkan oleh orangdewasa adalah a belum menjadiciptaan baru di dalam Kristus bd. 1 2 Kor. 517. Hal ini membuat pesertadidik kurang berminat atau tidak memahamihal-hal rohani yang kita ajarkan. Kita tahubahwa dalam diri orang yang sudahdilahirkan kembali atauJurnal Kharis Edisi IX, Januari 2012-Juni 7 yang sungguh-sungguh percaya kepadaYesus Kristus, pekerjaan Roh Allah menjadilebih nyata. Roh itulah yangmembangkitkan berbagai potensi baru. bterlambat dalam pertumbuhan lamban 511-611. Jemaat penerima surat Ibranidahulu sikap mental seperti ini. Ini berkaitandengan sikap yang kurang memberi diriuntuk segera maju di dalam iman. Dewasaini pun banyak orang merasa kurang perlubertumbuh dalam hal kerohanian. Merekatidak melihat nilai dari iman itu sendiridalam kehidupan nyata. Masalah imandianggap hanya urusan masa depan dibalik kematian. Mereka kurang memberiusaha dan pemikiran bagi perkembangandiri mereka sendiri. c adanya dosa yangmenghambat bd. Ef. 430-32. Adanyadosa yang belum diakui dapat menggangupekerjaan Tuhan dalam kehidupan pahit, kemarahan, pikiran cabul,keterlibatan dengan kuasa gelap, antaralain merupakan perkara yang menghambatproses dan keefektifan Pendidikan Orang DewasaDalam pembelajaran orang dewasa,banyak metode yang diterapkan. Untukmemberhasilkan pembelajaran semacamini, apapun metode yang diterapkanseharusnya mempertimbangkan faktorsarana dan prasarana yang tersedia untukmencapai tujuan akhir pembelajaran, yakniagar peserta dapat memiliki suatupengalaman belajar yang suatu kekeliruan besarbilamana dalam hal ini, pembimbingsecara kurang wajar menetapkanpemanfaatan metode hanya karena faktorpertimbangannya sendiri yaknimenggunakan metode yang dianggapnyapaling mudah, atau hanya disebabkankarena keinginannya dikagumi oleh pesertadi kelas itu ataupun mungkin adakecenderungannya hanya menguasai satumetode tertentu saja. Sejalan dengan itu,menurut Lunandi 1987, 26, proses belajartersebut, dirinci menjadi seperti berikutPertama, kontinum proses pemilihan metode seharusnyaguru mempertimbangkan aspek tujuan yangingin dicapai, yang dalam hal ini mengacupada garis besar program pengajaranyang dibagi dalam dua jenis 1 rancanganproses untuk mendorong orang dewasamampu menata dan mengisi pengalamanbaru dengan mempedomani masa lampauyang pernah dialami, misalnya denganlatihan keterampilan, melalui tanya jawab,wawancara, konsultasi, latihan kepekaan,dan lain-lain, sehingga mampu memberiwawasan baru pada masing-masingindividu untuk dapat memanfaatkan apayang sudah diketahuinya. 2 Prosespembelajaran yang dirancang untuktujuan meningkatkan transferpengetahuan baru, pengalamanbaru, keterampilan baru, untuk mendorongmasing-masing individu orang dewasadapat meraih semaksimal mungkin ilmupengetahuan yang diinginkannya, apayang menjadi kebutuhannya, keterampilanyang diperlukannya, misalnya belajarmenggunakan program komputer yangdibutuhkan di tempat ia bekerja. Untukmenguraikan lebih lanjut apa yangdimaksud di atas, secara singkat diperincibagaimana hubungannya dengan keduaujung pada kontinum proses belajar, yaknipenataan atau penataan kembalipengalaman belajar di ujung yangsatu, dan perluasan pengalaman belajar diujung yang lain, dalam penataanpengalaman belajar berikut. Kedua,penataan pengalaman tekanannya pada perluasanpengalaman aspek penataan pengalamanbelajar mengajar, persiapan dan orientasimembuat pelajar enak. Mengutamakanmasalah harus mengungkapkan suksesdan yang kini tak dapat kegagalannyadi masa lalu, dipecahkan oleh pelajar,mengutamakan makna tetapi dapatpenilaian pengalaman masadipecahkannya setelah lampau untuk dapatmenda pat bahan baru. mengatasi masalahserupa di Membantu pelajar untukkemudian hari mengatasiketidakmampuannya menggumuli bahanbaru. Suasana dan kecepatanmerenungkan banyak tanpa menarik danbelajar tergesa- gesa dipengaruhimengasikkan di sangat oleh reaksi dankemampuan pelajar tentukan sangat oleh8 Jurnal Kharis Edisi IX, Januari 2012-Juni sifat dan isi pelajaran Peran yang mengajarmenciptakan suasana, mengenalmasalah lebih banyak memberi maknapada pelajar, menjelaskan pengalamanbelajar, sasaran pelajaran, memancingungkapan memberikan data danpengalaman, memberi konsep baru, atauumpan balik, membantu memperlihatkantingkah membuat genera lisasi laku yang belajar lebih mengungkapkandata, mengolah data dan banyakmengenai pengalaman dan konsep baru,pendapat nya, menganalisamempraktekkan bahan pengalamannya,menggali baru, melihat penerapan alternatifdan manfaat bahan baru pada situasi nyataSukses bergantung diri suasana bebasdari Kejelasan penyajian ancaman, rasakebutuhan baru, penghargaan pelajar untukmenemukan pelajar terhadap pendekatanbaru dalam pengajar, relevansi mengatasimasalah lama. bahan baru penilaian 198727-28.Gambaran di atas menunjukkanadanya beberapa program pendidikanorang dewasa, yang dalam pelaksanaanprogramnya membutuhkan kombinasiberbagai metode yang cocok sesuai situasidan kondisi yang diperlukan sehinggadicapai hasil yang orang dewasa belajar dapatdiperkirakan sebagai berikut a 1% melaluiindera perasa, b 1½% melalui indera peraba, c 3½% melaluiindera penciuman, d 11% melalui inderapendengar, dan e 83% melalui dengan itu, orang dewasabelajar lebih efektif apabila ia dapatmendengarkan dan berbicara. Lebih baiklagi kalau di samping itu ia dapat melihatpula, dan makin efektif lagi kalau dapatjuga mengerjakan. Komposisi kemampuantersebut dapat dilukiskan ke dalam piramidabelajar pyramida of learning seperti terlihatdalam piramida belajar orang dewasaberikut orang dewasa adalahsebagai proses menjadi dirinya sendiriprocess of becoming bukan prosesuntuk dibentuk process of beings shapedmenurut kehendak orang lain, makakegiatanJurnal Kharis Edisi IX, Januari 2012-Juni 9 belajar harus melibatkan individu atauclient dalam proses pemikiran apa yangmereka inginkan, mencari apa yang dapatdilakukan untuk memenuhi keinginan itu,menentukan tindakan apa yang harusdilakukan, dan merencanakan sertamelakukan apa saja yang perlu dilakukanuntuk mewujudkan keputusan itu. Dapatdikatakan disini tugas Pembelajaranorang dewasa pada umumnya adalahmenolong orang dewasa belajarbagaimana memikirkan diri mereka sendiri,mengatur urusan kehidupan merekasendiri dan mempertimbangkanpandangan dan interest orang lain. Dengansingkat menolong orang dewasa untukberkembang dan matang. Dalamandragogi, keterlibatan orang dewasadalam proses belajar jauh lebih besar,sebab sejak awal harus diadakan suatudiagnosa kebutuhan, merumuskan tujuan,dan mengevaluasi hasil belajar sertamengimplementasikannya secarabersama- untuk meniru ataumenjiplak model pembinaan orang dewasayang diterapkan di tempat lain harusdihindarkan. Pengembangan pembinaanorang dewasa harus sensitip kepadafakta. Yang dibutuhkan bukan sekedarkesiapan pembimbing untuk pembinaan orang dewasa harusmenyenangkan bagi orang dewasa itusendiri. Menyenangkan, karena kebutuhanmereka masing-masing dapat dipenuhidalam program pelatihan juga tidak dapat melakukanmetode pembinaan yang sama antaraanak- anak pedagogy dengan orangdewasa andragogy. Jikan seorang anakbelajar, itu dilakukan untuk mempesiapkanmasa depannya, tetapi orang dewasabelajar untuk menjawab kebutuhannyamasa kini. Jerry M. Stubblefield, dalam“Learning Differences in Adulthood” AChurch Ministering Adults harus mengerjakannya dengancara yang Injili, membimbing berdasarkannilai diri tiap-tiap individu yang diciptakan didalam gambar Allah dan aktivitas Allah yangmenebus tiap-tiap individu di dalam Jurnal Kharis Edisi IX, Januari 2012-Juni DAFTAR RUJUKANArif, Zainuddin1994 Andragogi. BandungAngkasa. Harlock, Elizabeth Psikologi Perkembangan. JakartaPenerbit ErlanggaKartono, Pengantar Ilmu Mendidik TeoritisApakah Pendidikan MasihDiperlukan? Bandung Malcolm The modern practics ofadult education, andragogyversus pedagogi. New York Association Press. Knowles, The Adult Learners A neglectedSpecies. Texas Gulf PublishingCompany Alkitab Perjanjian Laman danPerjanjian Baru. Jakarta LembagaAlkitab IndonesiaLunandi, Pendidikan Orang Dewasa. JakartaPT. GramediaMerriam, Sharan B. & Rosemary 1992 Learning in PublishersMcKenzie, Leon1982 The Religion Education of Ala ReligiousEducation PressPiaget, The growth of logical thinking fromchildood fo adolescence. NewYork Basic R. Conny, Putrawan, Made &Setiawan, TH. Dimensi Kreatif Dalam Filsafat Remaja Rosda B. Samuel2008 Pendewasaan Manusia Institut Alkitab TiranusStubblefield, Jerry M. ed1986 A Church Ministering to Tennessee BroadmanPressTamat, Tisnowati1984 Dari Pedagogik ke Pustaka Nurture That Is ChristianDevelopmental Persfectives onChristian Education. USA,Wheaton, Illinois A BridgePoint Book 12 Jurnal Kharis Edisi IX, Januari 2012-Juni ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
Sistem kami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS ilmu mengajar pelajar dewasa. Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS Teka Teki Silang populer yang biasa muncul di koran Kompas, Jawa Pos, koran Tempo, dll. Kami memiliki database lebih dari 122 ribu. Masukkan juga jumlah kata dan atau huruf yang sudah diketahui untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Gunakan tanda tanya ? untuk huruf yang tidak diketahui. Contoh J?W?B
Sistem kami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS ilmu tentang metode mengajar pengajar dewasa. Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS Teka Teki Silang populer yang biasa muncul di koran Kompas, Jawa Pos, koran Tempo, dll. Kami memiliki database lebih dari 122 ribu. Masukkan juga jumlah kata dan atau huruf yang sudah diketahui untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Gunakan tanda tanya ? untuk huruf yang tidak diketahui. Contoh J?W?B
Metode Uswah/keteladanan merupakan salah satu metode yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran, karna metode tersebut dapat ditiru atau di contoh oleh seseorang dari oranng lain kususnnya peserta didik dalam proses pembelajaran , namun keteladanan yang dimaksud disini adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai cara untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam artikel ini akan dibakas tentang metode Uswah/keteladanan. A. Pengertian Metode Uswah Keteladanan Kamus Ilmiah Populer disebutkan bahwa “keteladanan” berasal dari kata dasar “teladan” yaitu “perbuatan atau barang dsb, yang patut ditiru dan dicontoh.” Oleh karena itu keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh. [1] Kamus Al – Munawwir Indonesia dan Arab bahwa kata “keteladanan” diungkapkan dengan kata “uswah” dan “qudwah” Artinya “pengobatan dan perbaikan. [2] dalam alquran yaitu contoh atau teladan yang baik. Sehingga yang dikehendaki dengan keteladanan uswah hasanah di sini adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan Islam, yaitu keteladanan yang baik, sesuai dengan pengertian “uswah hasanah”. Senada dengan yang disebutkan di atas, Armai Arief juga menutip pendapat dari seorang tokoh pendidikan islam lainnya yang bernama Abi Al-Husain Ahmad Ibnu Al-Faris Ibn Zakaria yang termaktub dalam karyanya yang berjudul Mu’jam Maqayis al-Lughah, beliau berpendapat bahwa “uswah” berarti “qudwah” yang artinya ikutan, mengikuti yang diikuti. [3] Hal ini sesuai yang terkandung dalam surah al-Ahzab [33] ayat 21 Terjemahnya Sesungguhnya Telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah . [4] Ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah mengutus Nabi Muhammad Saw ke permukaan bumi ini adalah sebagai contoh atau teladan yang baik bagi umatnya. Beliau selalu terlebih dahulu mempraktekkan semua ajaran yang disampaikannya kepada umat, sehingga tidak ada celah bagi orang-orang yang tidak senanguntuk membantah dan menuduh bahwa Rasulullah Saw hanya pandai bicara dan tidak pandai mengamalkan. Praktek uswah ternyata menjadi pemikat bagi umat untuk menjauhi segala larangan yag disampaikan Rasulullah dan mengamalkan semua tuntunan yang diperintahkan oleh Rasulullah, seperti melaksanakan ibadah shalat, puasa, jual beli, dll. Ayat di atas juga sering diangkat sebagai bukti adanya keteladanan dalam pendidikan. Muhammad Qutub misalnya mengisyaratkan sebagaimana yang dikutip oleh Abudin Nata dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam bahwa Pada diri Nabi Muhammad Allah menyusun suatu bentuk sempurna yaitu bentuk yang hidup dan abadi sepanjang sejarah masih berlangsung. [5] Jika pendidikan adalah melalui contoh, maka Rasul menempati posisi nomor wahid untuk di teladani, baru kemudian faktor figur lain menjadi sangat penting, baik di rumah, sekolah maupun masyarakat. Siapakah figur sentral di rumah? Siapakah figur sentral di sekolah? Dan siapakah figur sentral di masyarakat? Karena dalam tahapan pertumbuhan dan proses belajar, ciri khas seorang yang menjadi teladan bagi anak-anak dan remaja sangatlah penting. Semakin sempurna seorang dewasa yang menjadi teladan bagi anak-anak, maka tingkat penerimaan dan keberlansungannya juga semakin banyak. Lihat saja perilaku anak-anak, mereka sangat menyukai perilaku orang yang diteladaninya dan dengan senang hati berusaha membentuk dirinya seperti orang yang diteladaninya itu . Menurut Mangun Budiyanto bahwa apabila ittiba’ kepada Rasulullah, maka setiap pendidik/guru muslim seharusnya berusaha agar dapat menjadi uswatun hasanah, artinya bisa menjadi contoh teladan yang baik bagi perserta didiknya khususnya dan masyarakat pada umumnya, [6] meskipun diakui tidak mungkin bisa sama seperti keadaan Rasulullah, namun setidaknya harus berusaha ke arah itu. Dengan demikian keteladanan adalah tindakan atau setiap sesuatu yang dapat ditiru atau diikuti oleh seseorang dari orang lain yang melakukakan atau mewujudkannya, sehingga orang yang di ikuti disebut dengan teladan. Namun keteladanan yang dimaksud disini adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan Islam, yaitu keteladanan yang baik. [7] Sehingga dapat didefinisikan bahwa metode keteladanan uswah adalah metode pendidikan yang diterapkan dengan cara memberi contoh-contoh teladan yang baik yang berupa prilaku nyata, khusunya ibadah dan akhlak Metode ini sangat tepat apabila digunakan untuk mendidik atau mengajar akhlak, karena untuk pelajaran akhlak dituntut adanya contoh teladan dari pihak pendidik atau guru itu sendiri. Terlabih bagi anak seusia sekolah dasar kebawah, yang masih didominasi oleh sifat-sifat imitasinya serba meniru terhadap apa yang di dengar dan diperbuat oleh orang-orang dewasa yang ada disekitranya. B. Prosedur Pelaksanaan Metode Uswah Keteladanan Prosedur dalam pelaksanaan metode ini dilaksanakan dalam dua cara, yaitu 1. Secara langsung direct Keteladanan yang dimaksud secara langsung di sini adalah bahwa pendidik/guru itu sendiri harus benar-benar menjadi dirinya sebagai contoh teladan yang baik kepada peserta didiknya. Metode keteladanan sering juga di sebut thoriqotu bil uswatul khasanah. Nabi Muhammad Saw. Sebagai pendidik dan pengajar agung telah diberi anugarah predikat oleh allah Swt sebagai uswatuh hasanah. Apabila ittiba’ kepada Rasul, maka setiap pendidik atau guru muslim seharusnya berusaha agar dapat menjadi uswatun hasanah, artinya bisa menjadi contoh teladan bagi peserta didik khususnya dan masyarakat sekitar pada umumnya, meskipun diakui bahwa tidak mungkin sama seperti keadaan Rasulullah. Namun setidak-tidaknya, harus berusaha kearah itu. Menurut Ibnu Muqaffa dalam Mangun Budiyanto bahwa hubungannya metode ini pernah mengingatkan orang yang mengajar dan mendidik dirinya sendiri adalah yang paling berhak untuk dihormati dan dimuliakan daripada orang yang hanya mengajar dan mendidik orang lain. [8] Maka tepat sekali apa yang dipesankan Uyainah Bin Abi Sufyan dalm Fethullah Gulen kepada guru yang mengajar anaknya bahwa hendaklah yang pertama-tama kamu lakukann di dalam memperbaiki anakmu, adalah perbaiki dulu dirimu sendiri. Karena sesungguhnya mata anak-anak itu hanya tertuju kapadamu. Maka, apa yag baik menurut mereka adalah apa yang kamu perbuat, dan apa yang jelek menurut mereka adalah apa yang kamu tinggalkan. [9] Pesan Uyainah bahwa pendidik menjadi sorotan mata peserta didik. Sehingga apa yang diperbuat pendidik/ guru, apakah itu baik atau buruk akan member i bekas yang kuat kepada peserta didik. Yang perlu diperhatikan adalah karakteristik pendidik itu sendiri dan adapun karakteristik pendidik atau guru teladan adalah a. Karakteristik Akidah, Akhlak dan Prilaku. Yaitu pendidik atau guru harus mempunyai akidah yang bersih dari hal-hal yang bertentangan dengannya. Senantiasa merasa diawasi oleh Allah swt. muraqabah dimanapun berada, melakukan koreksi diri muhasabah atas kelalaian dan kesalahan. [10] Menanamkan sikaptawadhu’ rendah hati, jangan sampai timbul perasaanujub, karena orang yangtawadhu’ akan diangkatkan derajatnya oleh Allah Swt. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Qashash [28] ayat 83 Terjemahnya Negeri akhirat itu, kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi. dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. [11] Dari ayat di atas dapat tipahami bahwa tawadhu’ dan rendah diri kepada manusia merupakan sifat terpuji yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Karenanya barangsiapa yang tawadhu niscaya Allah akan mengangkat kedudukannya di mata manusia di dunia dan di akhirat dalam surga. Karenanya tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan sekecil apapun, karena negeri akhirat beserta semua kenikmatannya hanya Allah peruntukkan bagi orang yang tidak tinggi hati dan orang yang tawadhu’ kepada-Nya. Guru harus berakhlak mulia, berkelakuan baik, dan menjauhi hal-hal yang bertentangan dengan hal itu, baik di dalam maupun di luar kelas. Mampu mengatur waktu dengan baik, sehingga tidak ada waktu yag terlewatkan tanpa mendatangkan manfaat duniawi dan ukhrawi. Senantiasa melandaskan niat ibadah kepada Allah ketika mengajarkan ilmu. Tidak semata-mata mengandalkan kemampuan dan usaha belaka dalam mengajar, tetapi juga berdo’a meminta taufiq serta pertolongan dari Allah Swt. Pendidik harus menjadi teladan pada peserta didik dalam segala perkataan, perbuatan dan prilaku. Pendidik/guru harus selalu jujur, adil, berkata yang baik, dan memberi nasihat serta pengarahan kepada anak didik. b. Karakteristik Profesional. Profesi pendidik atau guru adalah profesi yang sangat yang diemban guru sangat agung. Seorang guru harus memiliki bekal dan persiapan agar dapat menjalankan profesi dan risalahnya. [12] Ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi seorang guru dan dibutuhkan dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut Menguasai materi pelajaran dengan matang melebihi peserta didiknya dan mampu memberikan pemahaman kepada mereka secara baik, memiliki kesiapan alami fitrah untuk menjalani proses mengajar, seperti pemikiran yang lurus,bashirah yang jernih, tidak melamun, berpandangan jauh ke depan, cepat tanggap, dan dapat mengambil tindakan yang tepat pada saat-saat kritis, menguasai cara-cara mengajar dan menjelaskan. Dia mesti menelaah buku-buku yang berkaitan dengan bidang studi yang diajarkannya. Sebelum memasuki pelajaran, guru harus siap secara mental, fisik, waktu dan ilmu materi. [13] Maksud kesiapan mental dan fisik adalah tidak mengisi pelajaran dalam keadaan perasaan yang kacau, malas ataupun lapar. Kesiapan waktu adalah dia mengisi pelajaran itu dengan jiwa yang tenang, tidak menghitung tiap detik yang berlalu, tidak menanti-nanti waktu usainya atau menginginkan para siswa membaca sendiri tanpa diterangkan maksudnya, atau menghabiskan jam pelajaran dengan hal-hal yang tidak ada gunanya bagi maksud kesiapan ilmu adalah dia menyiapkan materi pelajaran sebelum masuk kelas. Dia menyiapkan apa yang dikatakannya. Sebiasa mungkin, dia menghindari spontanitas dalam mengajar jika tidak menguasai materinya. 2. Secara tidak langsung non-direct Secara tidak langsung non-direct maksudnya adalah dengan menceritakan kisah-kisah atau riwayat-riwayat orang-orang besar, para pahlawan, para syuhada, termasuk para nabi. Dengan mengambil kisah-kisah atau riwayat-riwayat yang demikian itu diharapkan peserta didik akan menjadikan tokoh-tokoh ini sebagai uswatun hasanah. Salah satu kisah yang dapat dijadikan teladan adalah kisah Rasulullah Muhammad Saw. Beliau merupakan pribadi yang sukses menampilkan dirinya sebagai sosok yang memang pantas ditiru dan diteladani. Telah diketahui bersama bahwa All a h Swt mengutus Nabi Muhammad Saw agar menjadi teladan bagi seluruh manusia dalam merealisasikan sistem pendidikan. Setiap prilaku Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari merupakan prilaku Islami yang bersumber dari alquran. Aisyah ra sendiri pernah berkata bahwa akhlak beliau adalah alquran . Hal ini sesuai dengan fairman Allah dalam sutah al-Fath [48] ayat 29 Terjemahnya Muhammad itu adalah utusan Allah Swt yang orang-orang bersamanya adalah keras terhadap orang kafir, tetapi berkasih saying terhadap sesama mereka, kamu melihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah Swt …”. [14] Dari ayat di atas bahwa Rasul sebagai suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari, pembawa risalah abadi, kesempurnaannya menyeluruh dan universal, baik yang berhubungan dengan masalah ibadah, atau yang menyangkut kepatuhan atau kesabaran. Ini semua perlu diteladani dengan harapan agar kita menjadi manusia yang bermental Islami yang seluruh aspek kejiwaannya didasari dengan nilai-nilai luhur alquran dan hadits. C. Implementasi Metode Keteladanan dalam Realitas Pendidikan Tinjauan dari sudut ilmiah menunjukkan bahwa pada dasarnya keteladanan memiliki sejumlah azas kependidikan yaitu sebagai berikut Pertama, metode keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang senantiasa mengarah pada perbaikan sikap atau dikenal dengan budi pekerti. Dengan demikian, seorang pendidik dituntut untuk menjadi teladan di hadapan peserta didiknya, bersegera untuk berkorban, dan menjauhkan diri dari hal-hal yang hina. Dengan begitu, para pendidik dan orang tua harus menyempurnakan dirinya dengan akhlak mulia. Kedua, sesungguhnya kepribadian Rasulullah Saw sebagai teladan abadi dan aktual bagi pendidik dan generasi muda sehingga setiap kali kita membaca riwayat beliau, semakin bertambahlah kecintaan dan hasrat kita untuk meneladani beliau. [15] Yang perlu kita garis bawahi, Islam tidak menyajikan keteladanan ini untuk menunjukkan kekaguman, tetapi Islam menyajikan keteladanan ini agar manusia menerapkan suri teladan ini kepada dirinya sendiri dan untuk peserta didik serta manusia secara umum. Dilihat dari hasil pengaplikasiannya keteladanan terpecah menjadi dua ranah yaitu Pengaruh langsung yang tidak disengaja Keberhasilan tipe peneladanan ini banyak bergantung pada kualitas kesungguhan realisasi karakteristik yang diteladankan, seperti keilmuan, kepemimpinan, keikhlasan, atau lain sebagainya. Dalam kondisi ini pengaruh teladan berjalan secara langsung tanpa disengaja. [16] Ini berarti bahwa setiap pendidik yang diharapkan menjadi teladan hendaknya memelihara tingkah lakunya dalam proses pembelajaran. Keteladanan dalam pendidikan adalah metode influentif yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk peserta didik dalam moral, spiritual dan sosial. Hal ini karena pendidik adalah contoh terbaik dalam pandangan peserta didik, yang akan ditirunya dalam tindak-tanduknya, dan tata santunnya, disadari ataupun tidak, bahkan tercetak dalam jiwa dan perasaan suatu gambaran pendidik tersebut, baik dalam ucapan atau perbuatan, baik material atau spiritual, diketahui atau tidak diketahui. Pengaruh yang Sengaja Kadangkala peneladanan diupayakan secara sengaja. Maka umpamanya guru memberikan contoh membaca yang baik agar para pelajar menirunya, imam membaikkan shalatnya untuk mengajarkan shalat yang sempurna kepada orang-orang, dan komandan maju ke depan barisan di dalam jihad untuk menanamkan keberanian, pengorbanan, dan kegigihan di dalam jiwa pasukannya. [17] Dari sini dapat dilihat bahwa keteladanan dalam kehidupan sehari-hari memberikan implikasi yang luar biasa, begitu juga dalam pendidikan. Untuk itu seyogyanya sebagai pendidik harus merealisasikan keteladanan dalam proses pendidikan. Dengan demikian keteladanan adalah sesuatu yang sangat di harapkan untuk memberikan efek positif kepada lingkungan pendidikan baik pendidikan di sekolah maupun pendidikan di rumah, menselaraskan antara perkataan dan perbuatan adalah keharusan sehingga pendidik dan orang tua menjadi figur yang dapat ditiru oleh peserta didik maupun anaknya. D. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Uswah Keteladanan Metode keteladanan juga memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri, sebag aimana lazimnya metode-metode lainnya. Secara sederhana berkaitan dengan penerapannya dalam proses mengajar kelebihan dan kekurangan metode keteladanan dapat dijelaskan yaitu sebagai berikut Kelebihan Metode Uswah Keteladanan Kelebihan Penggunaan metode uswah atau keteladanan dalam proses pembelajaran diantaranya sebagai berikut a Metode keteladanan dapat menciptakan hubungan harmonis antara pendidik dengan peserta didik b Dengan metode keteladanan tujuan guru yang ingin dicapai menjadi lebih terarah dan tercapai dengan baik. c Dengan metode keteladanan guru secara tidak langsung dapat mengimplementasikan ilmu yang diajarkannya. d Metode keteladanan juga mendorong guru untuk senantiasa berbuat baik karena menyadari dirinya akan dicontoh oleh muridnya. [18] Dari kelebihan-kelebihan yang telah disebutkan di atas dapat dikatakan bahwa metode keteladanan memiliki peranan yang sangat signifikan dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan, dimana selain diajarkan secara teoritis peserta didik juga bisa melihat secara langsung bagaimana praktik atau pengamalan dari pendidiknya yang kemudian bisa dijadikan teladan atau contoh dalam berprilaku dan mengamalkan atau mengaplikasikan materi pendidikan yang telah dia pelajari selama proses belajar menganjar berlangsung. Kekurangan Metode Uswah Keteladanan Selain mempunyai kelebihan dan keunggulan dibandingkan dengan metode lainnya, dalam penerapannya metode keteladanan juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan, diantaranya yaitu sebagai berikut a Jika dalam proses belajar mengajar figur yang diteladani dalam hal ini pendidik tidak baik, maka peserta didik cenderung mengikuti hal-hal yang tidak baik tersebut pula. b Jika dalam proses belajar menganjar hanya memberikan teori tanpa diikuti dengan implementasi maka tujuan pendidikan yang akan dicapai akan sulit terarahkan. [19] Dari serangkaian kelebihan dan juga kekurangan yang telah dijelaskan di atas dapat dikatakan bahwa, metode keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang mempunyai pengaruh dan terbukti bisa dikatakan efektif dengan berbagai kelebihannya, meskipun juga tidak terlepas dari kekurangan, dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual dan etos sosial anak. Hal ini karena pendidik adalah figur terbaik dalam pandangan anak didik, yang tindak-tanduk dan sopan santunnya disadari atau tidak, akan ditiru atau diteladani oleh peserta didiknya. Jadi dari kelebihan dan kekurangan diatas dapat terlihat betapa sentralnya peranan guru dalam hal ini merupakan sosok kunci yang akan memberikan telardan kepada peserta didik, dan juga sosok yang akan dijadikan model atu teladan oleh peserta didik, jadi dalam hal ini sukses atau tidaknya metode keteladalan dalam suatu pembelajran sangat tergantung pada sosok guru yang diteladani. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Al- Mumtahanah [60] ayat 6 Terjemahnya Sesungguhnya pada mereka itu Ibrahim dan umatnya ada teladan yang baik bagimu; yaitu bagi orang-orang yang mengharap pahala Allah dan keselamatan pada hari kemudian. dan barangsiapa yang berpaling, Maka Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. [20] Ayat diatas memperlihatkan bahwa kata uswah selalu digandengkan dengan sesuatu yang positif “hasanah” atau yang baik dan suasana yang sangat menyenangkan yaitu bertemu dengan Tuhan sekalian alam. Oleh karena itu, keteladanan yang baik adalah salah satu metode yang bisa diterapkan untuk merealisasikan tujuan pendidikan. Hal ini karena keteladanan memiliki peranan yang sangat signifikan dalam upaya mencapai keberhasilan pendidikan, dan juga dapat memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap nilai-nilai pendidikan Islam terutama pendidikan ibadah dan pendidikan akhlak. DAFTAR PUSTAKA Arief, Armai . Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta Ciputat Pers, 200 7. Budiyanto, Mangun. Ilmu Pendiidkan Islam, Yogyakarta Griya Santri,2011. Departemen Agama RI. Alqur’an dan Terjemahannya Juz 1-30. Surabaya MEKAR. 2016. Direktorat Profesi Pendidik, Pedoman Penilaian Guru Berprestasi. Jakarta Depdikns,2008. El Rais, Heppy. Kamus Ilmiah Populer, Cet. 1; Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2012. Gulen, M. Fethullah. Versi Terdalam Kehidupan Rasulullah Saw. Di Terjemahkan Oleh Tri Wibowo Budi Santoso, Jakarta PT Raja Grafindo persada, 2008. Hidayat, Nurul. 2015. “Metode Keteladanan dalam Pendidikan Islam” Ta’allum Jurnal Pendidikan Islam Vol. 3, 2015 h. 47. Mamayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta Kalam Mulia, 2010. Mangun Budiyanto. Ilmu Pendiidkan Islam, Yogyakarta Ombak, 2013. Nata , Abudin . Filafat Pendidikan Islam , Jakarta Gaya Media Pratama, 2005. Purwanto, M. Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung Remaja Rosdakarya, 2007. Sitompul, Hafsa. 2016. “Metode Keteladanan Dan Pembiasaan Dalam Penanaman Nilai-Nilai Dan Pembentukan Sikap Pada Anak” Jurnal Darul Ilmi Vol. 4, 2016 h. 60 Sukarno. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Elkaf,2012 Sulaiman M. 2016. “Mendidik dengan tauladan. Jurnal studi Islam” Jurnal Studi Islam Vol. 11, 2016 h. 43. Syahidin . Metode Pendidikan Qur`ani Teori dan Aplikasi , Jakarta Misaka Galiza , 20 09. Uzer Usman, Moh. Menjadi Guru Profesional, Edisi ke dua Bandung Remaja Rosdakarya, 2011. Warson Munawwir, Ahmad. Kamus Al – Munawwir Indonesia Dan Arab, Surabaya Pustaka Progressif,2007. [1] El Rais, Heppy., Kamus Ilmiah Populer, Cet. 1; Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2012, h. 656. [2] Ahmad Warson Munawwir. Kamus Al – Munawwir Indonesia Dan Arab, Surabaya Pustaka Progressif,2007, h. 614 [3] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta Ciputat Pers, 200, Cet. 2, h .117 [4] Departemen Agama RI. Alqur’an dan Terjemahannya Juz 1-30. Surabaya MEKAR. 2016, h. 420. [5] Abudin , Nata , Filafat Pendidikan Islam , Jakarta Gaya Media Pratama, 2008 , h. 95. [6] Mangun Budiyanto, Ilmu Pendiidkan Islam, Yogyakarta Ombak, 2013, h. 149 . [7] Hafsa sitompul. 2016. “Metode Keteladanan Dan Pembiasaan Dalam Penanaman Nilai-Nilai Dan Pembentukan Sikap Pada Anak” Jurnal Darul Ilmi Vol. 4, 2016 h. 60 [8] Mangun Budiyanto, Ilmu Pendiidkan Islam, …..h. 149. [9] M. Fethullah Gulen, Versi Terdalam Kehidupan Rasulullah Saw. Di Terjemahkan Oleh Tri Wibowo Budi Santoso, Jakarta PT Raja Grafindo persada, 2002, 197. [10] M Sulaiman. 2016. “Mendidik dengan tauladan. Jurnal studi Islam” Jurnal Studi Islam Vol. 11, h. 43. [11] Departemen Agama RI. Alqur’an dan Terjemahannya Juz 1-30,……,h. 395. [12] Nurul “Metode Keteladanan dalam Pendidikan Islam” Ta’allum Jurnal Pendidikan Islam Vol. 3, 2015 h. 47. [13] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Edisi ke dua Bandung Remaja Rosdakarya, 2011, h. 37. [14] Departemen Agama RI. Alqur’an dan Terjemahannya Juz 1-30,……, h. 515 [15] Abdul Wahid Hasan, SQ Nabi Aplikasi Strategi Dan Model Kecerdasan Spiritual Rasulullah Di Masa Kini, Jogjakarta IRcisoD, 2006, h. 96. [16] Syahidin, Metode Pendidikan Qur`ani Teori dan Aplikasi, Jakarta Misaka Galiza , 20 09, hal. 45. [17] M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung Remaja Rosdakarya, 2007, h. 35. [18] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, ….. [19] Sukarno. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Surabaya Elkaf,2012, h. 86. [20] Departemen Agama RI. Alqur’an dan Terjemahannya Juz 1-30,….h. 550.
ilmu tentang metode mengajar pelajar dewasa tts